Sejarah Suku Kendayan ~ Orang Kendayan mendiami daerah hulu Sungai Kapuas yang luas, termasuk dalam daerah wilayah Kapuas Hulu. Kira-kira di sebelah timur laut Bengkayang, sekitar daerah berhutan-hutan Ledo, Madi dan Papan. Mungkin masih merupakan bagian dari kelompok besar yang disebut Dayak Darat (Land Dayak). Persebaran mereka sampai ke berbagai kecamatan dalam wilayah Pontianak, Sambas, Ketapang dan Sanggau, di Provinsi Kalimantan Barat.
Nama Kendayan mungkin diberikan oleh orang luar, karena mereka sendiri menyebut diri orang Kanayatn, yaitu nama sebuah bukit di daerah Menyuke dari mana mereka tersebar. Jumlah populasinya sekitar 300.000 jiwa.
Suku bangsa Kendayan terbagi lagi kepada beberapa sub-suku bangsa kecil-kecil yang lebih sering mengidentifikasi sebagai kelompok tersendiri. Antara satu sub-suku bangsa dengan sub-suku bangsa Kendayan yang lain dapat dibedakan dari pengakuan diri dan dialek yang mereka pakai.
Bahasa perantara di antara berbagai kelompok tersebut adalah bahasa Kendayan sendiri. Seperti orang Ngalampa, Ngabukit, Benyadu, Behe dan Benane. Sama seperti umumnya orang Dayak, suku bangsa Kendayan hidup berkelompok-kelompok dalam rumah-rumah panjang yang mereka sebut rada'ng. Rumah komunal yang didirikan di atas tiang-tiang kayu tinggi tersebut ada yang panjangnya sampai 200 meter dan lebarnya sekitar 27 meter.
Bangunan rumah panjang itu terbagi menjadi deretan puluhan ruangan untuk keluarga-keluarga inti. Di depannya terdapat koridor yang memanjang dan menghubungkan ruang-ruangan tersebut dari ujung ke ujung. Di bagian luar depan dari setiap ruangan terdapat serambi terbuka yang disebut pante, biasanya digunakan untuk tempat menjemur padi.
Nama Kendayan mungkin diberikan oleh orang luar, karena mereka sendiri menyebut diri orang Kanayatn, yaitu nama sebuah bukit di daerah Menyuke dari mana mereka tersebar. Jumlah populasinya sekitar 300.000 jiwa.
Suku bangsa Kendayan terbagi lagi kepada beberapa sub-suku bangsa kecil-kecil yang lebih sering mengidentifikasi sebagai kelompok tersendiri. Antara satu sub-suku bangsa dengan sub-suku bangsa Kendayan yang lain dapat dibedakan dari pengakuan diri dan dialek yang mereka pakai.
Bahasa perantara di antara berbagai kelompok tersebut adalah bahasa Kendayan sendiri. Seperti orang Ngalampa, Ngabukit, Benyadu, Behe dan Benane. Sama seperti umumnya orang Dayak, suku bangsa Kendayan hidup berkelompok-kelompok dalam rumah-rumah panjang yang mereka sebut rada'ng. Rumah komunal yang didirikan di atas tiang-tiang kayu tinggi tersebut ada yang panjangnya sampai 200 meter dan lebarnya sekitar 27 meter.
Bangunan rumah panjang itu terbagi menjadi deretan puluhan ruangan untuk keluarga-keluarga inti. Di depannya terdapat koridor yang memanjang dan menghubungkan ruang-ruangan tersebut dari ujung ke ujung. Di bagian luar depan dari setiap ruangan terdapat serambi terbuka yang disebut pante, biasanya digunakan untuk tempat menjemur padi.
Mata Pencaharian Suku Kendayan
Mata pencaharian pokok orang Kendayan adalah bercocok tanam di ladang dengan sistem tebang-bakar dan berpindah setelah kesuburan lahan berkurang. Tanaman pokoknya adalah padi ladang, tetapi mereka juga memanfaatkan bahan makanan lain dari pohon agu. Pekerjaan lain yang dapat menghasilkan uang bagi orang Kendayan adalah mengumpulkan hasil hutan seperti getah jelutung, madu, damar, rotan, kayu besi, atau menyadap getah karet. Sebagai pekerjaan sampingan laki-lakinya pergi berburu dan menangkap ikan. Kaum wanitanya terampil dalam menganyam tikar dan alat-alat bakul dari rotan dan daun pandan.
Baca juga Suku Lainnya Di Kalimantan :
- Sejarah Suku Bukit
- Sejarah Suku Kelabit
- Sejarah Suku Benuak
- Sejarah Suku Kayan
- Sejarah Suku Kantu
- Sejarah Suku Kutai
Kekerabatan Suku Kendayan
Dalam hubungan kekerabatan orang Kendayan menjalankan prinsip bilateral, artinya garis keturunan ditarik dari pihak laki-laki dan pihak perempuan. Upacara-upacara adat tertentu sering kali diramaikan dengan permainan judi dan minum minuman keras. Adat seperti ini nampaknya berasal dari pengaruh perhubungan mereka dengan para pedagang Cina yang masuk ke daerah mereka sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Banyak pula di antara lelaki Cina yang datang sebagai bujangan tersebut kawin dengan wanita Kendayan, dan akhirnya berbaur sebagai orang Kendayan biasa. Pendatang keturunan Cina di Kalimantan Barat memang cukup banyak dan memiliki pergaulan yang lebih luas dengan orang Dayak umumnya.
Agama Dan Kepercayaan Suku Kendayan
Pada masa sekarang orang Kendayan sudah memeluk agama Katolik, Protestan, atau Islam, dan kepercayaan lainnya. Para pemeluk agama-agama besar tersebut sesungguhnya masih tetap meyakini konsep-konsep religi asli dari leluhurnya, dan melaksanakan upacara-upacara religi tertentu sehubungan dengan keyakinan asli tersebut. Misalnya upacara setelah panen padi yang disebut upacara naik dango. Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur mereka kepada Jubata (Dewa tertinggi) yang telah memberi mereka panen yang baik. Selain itu ada pula sejumlah upacara dalam rangka daur hidup, seperti upacara batalah nama (pemberian nama bayi), bersunat, perkawinan, kematian (nyaruk sumangat), penyembuhan orang sakit (baliatn), dan sebagainya. [Suku Dunia]
loading...
0 Response to "Sejarah Suku Kendayan Di Kalimantan"
Post a Comment