Suku Dunia ~ Orang Kayan sebagian besar mendiami daerah sekitar aliran Sungai Mendalam, Rajang dan Baram di Kalimantan Barat. Daerah asal mereka sebelumnya adalah hulu Sungai Kayan di Kalimantan Timur. Karena suatu sebab mereka berimigrasi ke arah barat sampai wilayah Kapuas Hulu bagian timur sekarang.
Pemukiman mereka tersebar sampai ke kota Putus Sibau, dan sama seperti kebanyakan orang Dayak, orang Kayan juga sudah bercampur dengan kelompok-kelompok lain di sekitarnya. Para ahli antropologi asing cenderung untuk mengelompokkan orang Kayan dan orang Kenyah menjadi satu, yaitu Kayan-Kenyah, karena beberapa kesamaan ciri budayanya. Masyarakat-masyarakat itu sendiri satu sama lain menganggap diri berbeda. Orang Kayan memakai sistem kemasyarakatan yang hierarkis sifatnya. Mereka juga mengenal adat mencacah kulit (tatto).
Beberapa ratus tahun yang lalu kelompok besar suku Bangsa Kayan ini berasal dari Dataran Tinggi Apo Kayan, yang terletak di Hulu Sungai Kayan, Kalimantan Timur. Penduduk yang dahulu mendiami dataran tinggi Apo Kayan itu antara lain adalah suku Bangsa Kayan, Kenyah dan Bahau. Perpindahan penduduk dari daerah Apo Kayan ini berlangsung selama beberapa ratus tahun. Orang Kayan sendiri lebih suka menyebut dirinya Da'Kayaan.
Pemukiman mereka tersebar sampai ke kota Putus Sibau, dan sama seperti kebanyakan orang Dayak, orang Kayan juga sudah bercampur dengan kelompok-kelompok lain di sekitarnya. Para ahli antropologi asing cenderung untuk mengelompokkan orang Kayan dan orang Kenyah menjadi satu, yaitu Kayan-Kenyah, karena beberapa kesamaan ciri budayanya. Masyarakat-masyarakat itu sendiri satu sama lain menganggap diri berbeda. Orang Kayan memakai sistem kemasyarakatan yang hierarkis sifatnya. Mereka juga mengenal adat mencacah kulit (tatto).
Beberapa ratus tahun yang lalu kelompok besar suku Bangsa Kayan ini berasal dari Dataran Tinggi Apo Kayan, yang terletak di Hulu Sungai Kayan, Kalimantan Timur. Penduduk yang dahulu mendiami dataran tinggi Apo Kayan itu antara lain adalah suku Bangsa Kayan, Kenyah dan Bahau. Perpindahan penduduk dari daerah Apo Kayan ini berlangsung selama beberapa ratus tahun. Orang Kayan sendiri lebih suka menyebut dirinya Da'Kayaan.
Mata Pencaharian Suku Kayan
Mata pencaharian masyarakat ini adalah bercocok tanam di ladang dengan sistem tebang bakar. Sekarang sebagai mata pencaharian tambahan mereka juga menyadap karet atau mengumpulkan berbagai macam hasil hutan lain yang bisa menghasilkan uang. Tanaman pokoknya adalah padi ladang, selain itu mereka juga menanam jagung, ubi kayu, ubi jalar, sayur, kelapa dan pisang. Jenis tanaman keras yang sudah banyak mereka kembangkan adalah karet, kopi, tengkawang, dan cengkeh. Suku-suku bangsa Dayak di Kalimantan Barat telah mengenal tanaman karet sejak awal tahun 1900-an. Tidak heran jika kini hampir setiap keluarga memiliki kebun karet sendiri.
Kekerabatan Suku Kayan
Kelompok kekerabatan orang Kayan yang terkecil adalah keluarga inti yang disebut putung. Beberapa putung bergabung dengan keluarga lausnya (pawaat) dan hidup dalam satu rumah tangga (amin). Mereka menarik garis hubungan keturunan secara bilateral yaitu mengkaitkan hubungan kekerabatan seseorang baik kepada pihak ayah, maupun kepada pihak ibu. Bentuk perkawinan yang ideal atau yang diharapkan menurut adat Kayan adalah antara dua orang bersaudara sepupu derajat ketiga (paharian ketelo). Sebaliknya, perkawinan antara dua orang sepupu derajat kesatu dan kedua dianggap tabu (tepang perah). Perkawinan yang juga dilarang adalah antara orang yang berlainan generasi, misalnya antara seorang laki-laki dengan bibinya (ine). Bila itu terjadi dikiaskan sebagai "anak menyusui ibunya" (nuso' hinan na'). Pada masa sekarang bentuk perkawinan orang Kayan sudah lebih banyak mengacu kepada ajaran agama Katolik yang dianut oleh sebagian besar masyarakat ini.
Baca juga Suku Lainnya Di Kalimantan :
Ketentuan adat Kayan menyatakan bahwa anak laki-laki atau perempuan tertua mendapat hak pertama menjadi pemegang dan pemelihara harta pusaka keluarga (dayan pesaka), dengan syarat ia harus tetap tinggal di tempat asalnya. Harta pusaka tersebut antara lain berupa gong, tempayan kuno, canang, manik-manik kuno dan pedang mandau kuno (malaat una'). Apabila ia merasa tidak mampu atau karena kawin dan menetap di rumah keluarga pihak isteri/suaminya, maka hak atas harta pusaka itu dialihkan kepada saudara laki-lakinya yang lebih muda. Apabila saudara laki-lakinya juga merasa tak mampu, maka hak tersebut dapat diserahkan kepada salah seorang saudara perempuannya yang dianggap cakap.
Pekerjaan berat-berat seperti menebang hutan, membakar dan membersihkan lahan yang bakal dijadikan perladangan, atau membuat perahu, mencari kayu bakar, membangun pondok di ladang, berburu, menoreh karet, atau menjala ikan adalah tugas kaum laki-laki dewasa. Sedangkan kaum perempuan bertugas menyelenggarakan kebutuhan makan keluarga sehari-hari, menyemai padi, menyiangi ladang, menuai padi, membuat barang anyaman dari rotan atau daun pandan, memelihara ternak babi dan ayam.
Pada masa lampau pemerintahan adat di desa-desa Kayan dipimpin oleh seorang Temenggung. Pada masa sekarang kepala desa yang diangkat oleh pemerintah masih tetap didampingi oleh Temenggung, yang dapat dipandang sebagai penasehat di bidang adat-istiadat masyarakat setempat. Temenggung sekarang lebih berperan sebagai pemimpin informal di bidang adat istiadat. Ia dipilih masyarakat karena dinilai cakap dan mengerti masalah yang terkait dengan adat istiadat Kayan. Orang Kayan mulai mengenal agama Katolik dan pendidikan formal sejak akhir abad kesembilan belas.
Pekerjaan berat-berat seperti menebang hutan, membakar dan membersihkan lahan yang bakal dijadikan perladangan, atau membuat perahu, mencari kayu bakar, membangun pondok di ladang, berburu, menoreh karet, atau menjala ikan adalah tugas kaum laki-laki dewasa. Sedangkan kaum perempuan bertugas menyelenggarakan kebutuhan makan keluarga sehari-hari, menyemai padi, menyiangi ladang, menuai padi, membuat barang anyaman dari rotan atau daun pandan, memelihara ternak babi dan ayam.
Pada masa lampau pemerintahan adat di desa-desa Kayan dipimpin oleh seorang Temenggung. Pada masa sekarang kepala desa yang diangkat oleh pemerintah masih tetap didampingi oleh Temenggung, yang dapat dipandang sebagai penasehat di bidang adat-istiadat masyarakat setempat. Temenggung sekarang lebih berperan sebagai pemimpin informal di bidang adat istiadat. Ia dipilih masyarakat karena dinilai cakap dan mengerti masalah yang terkait dengan adat istiadat Kayan. Orang Kayan mulai mengenal agama Katolik dan pendidikan formal sejak akhir abad kesembilan belas.
loading...
0 Response to "Sejarah Suku Kayan Di Kalimantan"
Post a Comment