Sejarah Suku Dani ~ Orang Dani atau Ndani hidup di pedalaman Papua, yaitu di sekitar dataran tinggi Pegunungan Jayawijaya bagian tengah. Pemukiman mereka berada di sekitar hulu sungai-sungai besar seperti sungai Memberamo yang bermuara ke pantai utara Papua. Danau-danau yang terdapat di pegunungan tengah ini menjadi sumber air bagi dua cabang sungai Memberamo, yaitu sungai Idenburg yang punya anak cabang bernama sungai Hablifoeri.
Di hulu sungai ini terdapat desa-desa suku Dani seperti Bokondini dan Kalila yang dihuni oleh sekitar 15.000 jiwa. Cabang Memberamo yang kedua adalah sungai Rauffaer dengan anak cabangnya Sungai Toli. Desa-desanya seperti Karubaga, Mamit, Kanggime dan lain-lain dihuni oleh sekitar 40.000 jiwa. Anak cabang Rauffaer yang kedua adalah sungai Ilaga, di sekitarnya hidup 4.000 jiwa. Anak cabangnya yang ketiga adalah sungai Yamo atau sungai Nogolo. Desa-desanya antara lain Ilu, Mulia, dan Sinak, disini hidup sekitar 25.000 jiwa penduduk.
Di lereng pegunungan Jayawijaya bagian selatan terdapat Lembah Baliem yang terkenal. Dari sini berasal Sungai Baliem yang bermuara ke pantai selatan. Desa-desa yang penting di sini adalah Kwiyawagwi, Tiom, Pit, Makki, dan Pyramid, dimana hidup sekitar 50.000 jiwa. Kediaman orang Dani ini dapat ditemukan pada ketinggian 800 - 3.000 meter dari permukaan laut. Desa yang letaknya tertinggi dari permukaan laut adalah Kwiyawagwi.
Secara administrasi daerah pemukiman masyarakat Dani ini termasuk wilayah Kabupaten Jayawijaya, dengan ibukotanya Wamena. Asal usul orang Dani masih kabur, sungguhpun ada yang berasumsi bahwa masyarakat ini merupakan bukti gelombang awal perpindahan manusia dari daratan Asia pada ribuan tahun yang lalu. Walaupun mereka diperkirakan mulanya datang sebagai masyarakat preagriculture, namun sekarang mereka sudah menerapkan sistem bercocok tanam di ladang dengan tanaman utama ubi jalar.
Di hulu sungai ini terdapat desa-desa suku Dani seperti Bokondini dan Kalila yang dihuni oleh sekitar 15.000 jiwa. Cabang Memberamo yang kedua adalah sungai Rauffaer dengan anak cabangnya Sungai Toli. Desa-desanya seperti Karubaga, Mamit, Kanggime dan lain-lain dihuni oleh sekitar 40.000 jiwa. Anak cabang Rauffaer yang kedua adalah sungai Ilaga, di sekitarnya hidup 4.000 jiwa. Anak cabangnya yang ketiga adalah sungai Yamo atau sungai Nogolo. Desa-desanya antara lain Ilu, Mulia, dan Sinak, disini hidup sekitar 25.000 jiwa penduduk.
Di lereng pegunungan Jayawijaya bagian selatan terdapat Lembah Baliem yang terkenal. Dari sini berasal Sungai Baliem yang bermuara ke pantai selatan. Desa-desa yang penting di sini adalah Kwiyawagwi, Tiom, Pit, Makki, dan Pyramid, dimana hidup sekitar 50.000 jiwa. Kediaman orang Dani ini dapat ditemukan pada ketinggian 800 - 3.000 meter dari permukaan laut. Desa yang letaknya tertinggi dari permukaan laut adalah Kwiyawagwi.
Secara administrasi daerah pemukiman masyarakat Dani ini termasuk wilayah Kabupaten Jayawijaya, dengan ibukotanya Wamena. Asal usul orang Dani masih kabur, sungguhpun ada yang berasumsi bahwa masyarakat ini merupakan bukti gelombang awal perpindahan manusia dari daratan Asia pada ribuan tahun yang lalu. Walaupun mereka diperkirakan mulanya datang sebagai masyarakat preagriculture, namun sekarang mereka sudah menerapkan sistem bercocok tanam di ladang dengan tanaman utama ubi jalar.
Bahasa Suku Dani
Bahasa Suku Dani tergolong Non-Austronesia, mungkin lebih dekat kepada rumpun bahasa Melanesia dan Pasifik Barat umumnya. Bahasa suku Dani termasuk kelompok bahasa pegunungan bagian barat. Bahasa Suku Dani juga terbagi ke dalam dua dialek, yaitu dialek Dani Barat yang lebih dikenal sebagai bahasa Laany atau Lani, denga penuturnya sekitar 134.000 jiwa. Yang kedua dialek Dani Lembah Besar atau Dani Baliem, dengan penuturnya sekitar 50.000 jiwa.
Peralatan Hidup Suku Dani
Peralatan hidup orang Dani sampai sekarang umumnya masih terbuat dari kayu, batu, serat tumbuh-tumbuhan, bambu, tulang-tulang dan taring hewan. Untuk alat pemotong mereka masih mengandalkan kapak-batu yang sebagian juga mereka gunakan sebagai alat tukar untuk memperoleh barang-barang dari suku-suku bangsa dari dataran rendah. Untuk alat keperluan perladangannya mereka hanya menggunakan semacam sekop dari kayu. Gunanya untuk menyiduk lumpur ketika membentuk saluran air supaya ladangnya tetap kering.
Untuk menanam benih ubi mereka gunakan tongkat kayu pelobang. Untuk kemudahan memasak dengan batu panas mereka menggunakan jepitan kayu. Barang-barang kecil mereka bawa dengan keranjang yang dianyam seperti jala. Kalau bepergian mereka selalu membawa perlengkapan pembuat api. Senjata utama mereka adalah busur dan anak panah serta tombak dari kayu. Selain untuk berperang senjata ini digunakan untuk berburu babi hutan, burung, kus-kus, dan lain-lain.
Untuk menanam benih ubi mereka gunakan tongkat kayu pelobang. Untuk kemudahan memasak dengan batu panas mereka menggunakan jepitan kayu. Barang-barang kecil mereka bawa dengan keranjang yang dianyam seperti jala. Kalau bepergian mereka selalu membawa perlengkapan pembuat api. Senjata utama mereka adalah busur dan anak panah serta tombak dari kayu. Selain untuk berperang senjata ini digunakan untuk berburu babi hutan, burung, kus-kus, dan lain-lain.
Baca juga Suku Lainnya Di Papua :
- Sejarah Suku Asmat
- Sejarah Suku Kombai
- Sejarah Suku Bgu
- Sejarah Suku Kapauku
- Sejarah Suku Ayfat
- Sejarah Suku Lani
Pakaian Suku Dani
Pakaian asli orang Dani amat minim. Laki-laki cukup menutup penisnya dengan kulit labu air yang sudah kering, wanitanya hanya memakai rok dari untaian serat rumput. Koteka, yaitu labu penutup penis orang Dani, ada beberapa macam. Waktu bekerja mereka pakai yang pendek, dan dalam kesempatan resmi mereka pakai koteka yang panjang. Untuk hiasan ada koteka yang dibentuk melingkar-lingkar, dan diukir dengan motif tertentu.
Rumah Adat Suku Dani
Rumah orang Dani ada dua macam, yang pertama adalah rumah untuk orang laki-laki dewasa dan anak laki-laki remaja. Yang kedua adalah rumah keluarga, khususnya untuk kepentingan kaum wanita, ibu, gadis, dan anak-anak kecil. Bentuk dan ukuran kedua macam rumah ini tidak jauh berbeda. Konstruksinya melingkar dalam diameter atap kerucut 4 - 5 meter, ditutup dengan atap kerucut dari rumput-rumput kering. Dinding rumah terbuat dari lembaran kayu atau kulit kayu. Semua sambungan diikat dengan tali atau rotan. Lantai tanah dalam rumah digali beberapa inci lalu ditutupi dengan rumput kering tebal-tebal. Tungku api terletak di tengah-tengah lantai. Rumah untuk kaum laki-laki biasanya sedikit lebih besar dari pada rumah keluarganya.
Di sekeliling rumah dibuat pagar dari kayu supaya babi peliharaan tidak lari ke luar. Kandang babi itu mereka buat seperti pondok dengan atap dari rumput kering. Babi peliharaan jarang dipotong kecuali jika ada pesta. Tetapi protein hewani bisa pula mereka dapatkan dari berbagai jenis binatang menyusui lain.
Di sekeliling rumah dibuat pagar dari kayu supaya babi peliharaan tidak lari ke luar. Kandang babi itu mereka buat seperti pondok dengan atap dari rumput kering. Babi peliharaan jarang dipotong kecuali jika ada pesta. Tetapi protein hewani bisa pula mereka dapatkan dari berbagai jenis binatang menyusui lain.
Kepercayaan Suku Dani
Dalam religinya orang Dani mempercayai banyak sekali makhluk halus, baik yang berdiam di langit, maupun di bumi dan di bawah tanah. [Suku Dunia]
loading...
0 Response to "Sejarah Suku Dani"
Post a Comment