Sejarah Suku Belitung Di Sumatera

Suku Dunia ~ Berdasarkan ciri-ciri bahasa, asal usul dan adat istiadatnya, orang Belitung dapat digolongkan dalam kelompok besar suku bangsa Melayu, sehingga identitas mereka lebih tepat disebut Melayu Belitung. Masyarakat ini berdiam di Pulau Belitung, di Sumatera Selatan. Pulau seluas 4.912 kilometer persegi.


Orang Melayu Belitung sendiri memnyebut diri mereka Urang Belitong. Sedangkan asal usul nama pulaunya ada beberapa versi. Cerita pertama menyebutkan bahwa Belitung Uttung dari nama raja Jawa, yaitu Belitung Uttunggade atau Rake Watakura Dyah Belitung.

Cerita lannya menyebutkan bahwa nama itu berasal dari kata bali tong alias Bali terpotong. Dikatakan bahwa Pulau Bali terbelah karena mendapat kutukan dari dewa. Potongan Pulau Bali yang hanyut tersebut kemudian ditambatkan oleh seorang nelayan. Batu tempat pulau itu ditambatkan hingga kini masih dapat ditemui di kecamatan Membalong, yang terkenal dengan nama Batu Baginda.

Mata Pencaharian Suku Belitung

Selain bekerja di pertambangan-pertambangan timah dan kaolin, orang Belitung yang hidup di daerah perkotaan umumnya menjadi pegawai. Mata pencaharian utama lainnya adalah bertanam karet, lada, cengkeh, kelapa. Bertanam padi umumnya dilakukan dengan cara membuka hutan. Selain menghasilkan padi di ladang, penduduk daerah ini juga menanam jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan pisang. Sebagian masyarakat juga mengembangkan industri kerajinan tembikar dan anyaman rotan atau pandan. Pekerjaan lainnya adalah menjadi tukang besi. Masyarakat yang tinggal di wilayah pantai kebanyakan menjadi nelayan dan mengembangkan mata pencaharian membuat perahu. Pekerjaan berdagang umumnya dilakukan oleh penduduk Belitung yang berasal dari keturunan Tiongkok (Cina).

Populasi Suku Belitung

Jumlah populasinya dperkirakan sekitar 30.000 jiwa. Di pulai ini juga berdiam suku bangsa Sekak yang di sebut juga orang Sawang, dan sering digolongkan sebagai suku bangsa Laut. Penduduk lain adalah pendatang yang bekerja di tambang timah atau kaolin, dan para pedagang atau pengusaha keturunan Cina.

Bahasa Belitung

Dialek Melayu Belitung ditandai oleh tidak digunakannya huruf h pada kata-kata tertentu dan penggunaan e pepet pada akhir kata. Misalnya haus menjadi aus, hujan menjadi ujan, kemudian apa menjadi ape, putih menjadi putei, dan seterusnya. Mereka juga suka memendekkan bunyi beberapa kata dengan cara menggabungkannya, seperti hendak ke mana menjadi nakmane. Secara garis besar bahasa Belitung terbagi atas delapan, yaitu dialek Badau, Dendang, Gantung Sijuk, Manggar, Kelapa Kampit, Membalong, dan Pulau Seliu.

Baca juga Suku Lainnya Di Sumatera :

Sejarah Pulau Belitung

Menurut beberapa catatan sejarah Pulau Belitung pernah disinggahi oleh armada Tiongkok pada tahun 1293. Pada abad ke-7 sampai 12 pulau ini termasuk dalam wilayah taklukan Kerajaan Sriwijaya. Pada abad ke-13 sampai 14 dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Dua abad kemudian daerah itu dikuasai oleh kesultanan Palembang, sampai akhirnya pada abad ke-18 diambil alih oleh penjajah Belanda. Secara tradisional orang Belitung lebih suka mendirikan perkampungan di daerah-daerah yang jauh dari jalan raya atau pantai.

Terutama dengan maksud agar terhindar dari serangan bajak laut (lanun) yang waktu dulu sering datang dari arah pantai. Rumah tradisionalnya berbentuk panggung dengan dinding terbuat dari kulit kayu dan atap anyaman daun rumbia. Ruangan di dalam rumahnya terbagi atas tiga ruangan, yaitun ruang tamu, tidur, dan dapur. Biasanya antara ruangan yang satu dan lainnya hanya dibatasi oleh penyekat.

Penduduk yang membuka ladang agak jauh dari kampung mendirikan rumah sementara disana. Kebun yang ditanami pohon buah-buahan dan mempunyai pondok untuk menjaganya itu disebut keleka. Rumah-rumah sementara yang dibangun di tepi hutan itu biasanya ditempati pada musim mengerjakan ladang. Bila telah selesai masa panen mereka kembali ke kampung.

Kekerabatan Dalam suku Belitung

Sistem kekerabatannya bersifat bilateral, yaitu menurut garis keturunan ayah atau ibu. Kelompok-kelompok keluarga luasnya menempati bagian kampung tertentu memiliki aturan-aturan tersendiri. Sebuah kampung dipimpin oleh seorang kepala adat beserta pembantu-pembantunya. Pemimpin upacara adatnya adalah seorang dukun. Berbagai pengaruh pemerintahan kerajaan pada masa lalu menyebabkan di kalangan masyarakat ini dikenal adanya dua kelas sosial masyarakat. Golongan pertama adalah keturunan bangsawan yang disebut golongan raja Balok. Mereka dapat dikenali dari gelar-gelar yang mereka pakai, misalnya Kiai Agus untuk laki-laki dan Kiai Ayu untuk perempuan. Golongan kedua adalah rakyat biasa.

Agama dan Kepercayaan Suku Belitung

Agama Islam masuk ke daerah ini sekitar abad ke-17, walaupun demikian, kepercayaan aslinya yang bersifat animisme masih berkembang di kalangan masyarakat. Mereka memang masih mengenal berbagai upacara yang berasal dari kepercayaan asli. Misalnya upacara membuka ladang (maras taun), menangkap ikan ke laut (buang jong), menyelenggarakan perkawinan (gawai penganten), dan sebagainya.

Kesenian Suku Belitung

Bentuk kesenian yang berkembang dalam masyarakat ini sebagian besar juga dikaitkan dengan upacara-upacara religi asli. Misalnya tari Ancak, Kayu Kayan, Nirok Tanggok, dan Pak Long Tumbak, yang semuanya hanya dimainkan dalam upacara tertentu.
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Sejarah Suku Belitung Di Sumatera Silahkan baca artikel Suku Dunia Tentang | Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Sejarah Suku Belitung Di Sumatera Sebagai sumbernya

0 Response to "Sejarah Suku Belitung Di Sumatera"

Post a Comment

Sejarah Suku Lainnya