Sejarah Suku Sakai Di Sumatera

Suku Dunia ~ Orang Sakai dianggap sebagai salah satu masyarakat terasing di Provinsi Riau, dalam arti belum terjangkau oleh kegiatan pengembangan dan kemajuan budaya seperti masyarakat lain. Mereka berdiam di beberapa lokasi pemukiman kembali (resetlement) di sekitar Kabupaten Bengkalis, seperti di Kandis, Balai Pungut, Kota Kapur, Minas, Duri, Sungai Siak dan Sungai Apit bagian hulu.

Suku bangsa ini diperkirakan sebagai sisa-sisa kelompok ras Melayu yang lebih dulu datang ke daerah ini, kemudian terdesak oleh gelombang Melayu yang lebih muda. Bahasa yang mereka pakai memang dapat digolongkan ke dalam kelompok bahasa Melayu, tetapi dengan beberapa ciri tersendiri.

Mata Pencaharian Suku Sakai

Masyarakat ini umumnya masih melakukan kegiatan mata pencaharian berburu dan meramu di hutan-hutan atau menangkap ikan di sungai-sungai. Sebagian kecil telah mulai bercocok tanam di ladang. Selain itu ada pula yang meramu hasil hutan seperti rotan, damar, dan menebang kayu untuk ditukar dengan keperluan sehari-hari dari pedagang perantara.

Masyarakat Suku Sakai

Mereka tinggal di pondok-pondok berlantai yang sederhana dan mudah dibongkar, karena sewaktu-waktu mereka siap untuk pindah ke tempat lain. Wadah-wadah untuk keperluan hidupnya kebanyakan dibuat dari anyaman rotan dan pandan, tempat air dari labu dan bambu kering. Mereka belum mengenal wadah dari tanah liat (gerabah), kecuali diperoleh dari penduduk desa yang lebih maju. Peralatan besi, seperti mata tombak dan parang diperoleh dari pedagang Melayu, sebelumnya mata tombak dibuat dari kayu yang keras dan kuat. Alat lain untuk berburu dan menangkap binatang adalah jerat dan perangkap.

Sistem kekerabatan mereka kurang jelas, tetapi mungkin cenderung parental atau bilateral. Rumah tangganya terbentuk dari kesatuan beberapa keluarga inti neolokal. Pemukiman mereka terbentuk dari hunian beberapa keluarga inti, yang biasanya dipimpin oleh seorang tokoh senior yang mereka sebut batin. Setiap masalah dalam komuniti mereka putuskan dengan musyawarah dan mufakat.

Orang Sakai hidup secara berpindah-pindah di sekitar daerah aliran hutan berawa-rawa di antara daerah aliran sungai Mandau yang bermuara ke sungai siak sampai ke wilayah orang Bonai di sekitar Sungai Rokan. Masyarakat pemindah ini pernah dimukimkan beberapa kali periode oleh pihak Departemen Sosial Riau, terbukti dengan berdirinya sejumlah desa PKMT (Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Terasing). Pada masa sekarang sebagian orang Sakai mulai menetap secara berkelompok di sekitar jalan raya Pekanbaru-Dumai, seperti di daerah Trengganu, Minas, Balai Pungut, Duri, Kandis, Rumbai, Petani, Air Jamban, Pinggir, Semunai, Syam-Syam, Balai Makam dan Sebanga. Pemukiman mereka ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu, di Kabupaten Bengkalis.

Agama Dan Kepercayaan Suku Sakai

Menurut catatan pemerintah Provinsi pada masa sekarang sebagaian dari masyarakat Suku Sakai ini sudah memeluk agama baru yaitu agama Islam dan agama Kristen. Dan sebagian lainnya masih menganut kepercayaan lamanya yang berupa animistis.

Referensi : Depdikbud 1989, Suparlan 1985, 1994
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Sejarah Suku Sakai Di Sumatera Silahkan baca artikel Suku Dunia Tentang | Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Sejarah Suku Sakai Di Sumatera Sebagai sumbernya

0 Response to "Sejarah Suku Sakai Di Sumatera"

Post a Comment

Sejarah Suku Lainnya