Suku Dunia ~ Suku bangsa Ngalum mendiami Lembah Oksibil yang terletak di sebelah selatan Pegunungan Jayawijaya yang pada zaman Belanda disebut Steren Geberte (Pegunungan Bintang-Bintang). Puncak Mandala (4700 m) terletak di sebelah barat laut lembah ini. Daerah mereka termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Oksibil, Kabupaten Jayawijaya.
Sumber Gambar : http://kasipdana.blogspot.com |
Suku bangsa ini biasanya mendirikan pemukiman mereka di puncak-puncak bukit yang tinggi, agar mudah menghindari serangan musuh. Rumah-rumah mereka di perkampungan membentuk pola melingkar dengan sebuah rumah bujang (bokam iwol) di tengah-tengah. Pada masa sekarang mereka telah mulai membangun rumahnya di dataran, yaitu di sebelah kiri dan kanan jalan kampung. Rumah-rumah itu mereka dirikan di atas tiang-tiang kayu, dindingnya terbuat dari kayu pinus, atapnya dari daun pandan, dan sambung-sambungannya diikat dengan rotan. Rumah-rumah itu berbentuk selinder, tanpa jendela dan hanya ada dua buah pintu yang diberi bandul setinggi setengah meter. Tungku api untuk memasak dan pemanas ruangan terletak di tengah-tengah. Rumah keluarga yang disebut abib ini dihuni oleh seorang suami dengan istri dan akan perempuan dan anak lelakinya yang masih kecil. Kaum lelaki dan anak lelaki remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di bokam iwol. Pintu rumah yang di depan untuk lelaki dan pintu belakang untuk kaum perempuan.
Mata Pencaharian Suku Ngalum
Mata pencaharian pokok orang Ngalum adalah bertani di ladang yang mereka buka di lereng-lereng bukit dan gunung. Perladangan ini masih memakai sistem berpindah-pindah di wilayah tanah adat masing-masing kampung. Tanaman mereka adalah ubi jalar atay batatas (Ipomosbatatas) dalam bahasa setempat disebut boneng dan keladi. Makanan lain yang dimakan bersama ubi jalar dan keladi ini adalah sayur gedi (Hibiscus manihot), sayur lilin (Sacaru medulo), buah pandan merah, wortel, bayam, kol, kentang dan kacang-kacangan yang diperkenalkan oleh pemerintah dan Misi Katolik.
Masyarakat Suku Ngalum
Pada zaman dulu kaum lelaki Ngalum hanya berpakaian sejenis buah labu kering (bong) untuk menutupi aurat mereka dan rok dari serat-serat jerami (unom). Peralatan bela diri, berburu dan keperluan rumah tangga mereka amat sederhana, karena hanya terbuat dari kayu, bambu, rotan, kulit kerang dan batu.
Pada dasarnya prinsip hubungan kekerabatan orang Ngalum adalah patrilineal, terutama yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi keluarga, upacara-upacara dan hak atas warisan orang tua. Akan tetapi mereka juga mengembangkan hubungan kekerabatan bilateral yang cukup erat antara pihak kerabat ayah dan pihak kerabat ibu, terutama dengan saudara lelaki ibu. Keluarga inti mereka sebut tenabun. Dalam hubungan sosial politik yang lebih luas peranan klan patrilineal mereka amat penting. Istilah yang mereka pakai dalam arti yang sama dengan klan adala iwol-mai, pemimpinnya disebut iwol ngolki.
Setiap kampung dipimpin oleh seorang kepala adat yang mereka sebut kakaalut. Namun kekuasaan seorang pemimpin perang yang disebut arah ngolki kadang kala lebih besar dari pada kekuasaan seorang kakaalut, karena keberanian dan jasa-jasanya. Selain itu tokoh yang cukup penting pula adalah pemimpin rumah bujang yang disebut denga gelar bokam ngolki, karena tokoh ini sekaligus berperan sebagai pemimpin dalam setiap upacara keagamaan.
Agama Dan Kepercayaan Suku Ngalum
Pada masa sekarang orang Ngalum umumnya telah memeluk agama Katolik. Sistem kepercayaan aslinya yang cenderung animisme meyakini adanya peranan besar roh-roh manusia mati, roh-roh alam serta dewa-dewa dalam kehidupan seseorang. Tokoh dewa yang mereka anggap sebagai pencipta manusia adalah Atangki atau Awi dengan anaknya Seramki. Atangki menciptakan cacing yang kemudian menjelma menjadi manusia. Ia juga menciptakan bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang dan segala yang ada dalam alam semesta.
Referensi : Depdikbud 1989
loading...
0 Response to "Sejarah Suku Ngalum Di Papua Barat"
Post a Comment