Sejarah Suku Laut Di Sumatera

Suku Dunia ~ Masyarakat ini berdiam di beberapa pulau di Kepulauan Riau, antara lain di bagian pantai Kecamatan Lingga, Bintan Timur, Bintan Utara, Galang, Kundur, Senayang dan Sidutan. Semuanya terletak di Kabupaten Riau Kepulauan. Sebagian lain berdiam di sekitar pantai pulau-pulau dekat Kotamadya Batam, seperti di Kecamatan Batam Timur, Batam Barat, dan Belakang Padang.


Masyarakat Melayu sekitar pantai sering pula menyebut mereka sebagai orang Kuala (muara), karena suka berdiam di delta-delta sungai. Nama Suku Laut atau Orang Laut nampaknya diberikan oleh orang luar, karena mereka sendiri mempunyai beberapa nama suku bangsa. Orang Laut yang berada di sekitar Pulau Batam, Bintan, Mantang dan Kelong menyebut diri mereka suku bangsa Mantang. Orang Laut yang berada di sekitar  perairan Pulau Mapur, Kelong dan Toi ada pula yang menamakan diri sebagai suku bangsa Mapur (Nampaknya berbeda dengan suku bangsa Mapur yang mendiami Pulau Bangka, Sumatera Selatan). Orang Laut yang berada di sekitar Pulau Pancur dan Lingga menamakan diri suku bangsa Barok. Ada pula sebutan misterius yang diberikan orang luar, yaitu suku bangsa Tambus. Dikatakan misterius mungkin karena ditolak oleh orang Laut. Ada pula yang menyebut mereka sebagai Orang Sampan atau Orang Kajang (karena perahu mereka memakai atau kajang).

Pada zaman kolonial Belanda, suku bangsa ini dikenal sebagai salah satu kelompok pelaut yang suka menyerang kapal-kalap dagang Belanda yang melewati perairan sebelah timur Pulau Sumatera, Selat Malaka, Selat Karimata, dan Laut Cina Selatan. Sumber-sumber lama menyebutkan bahwa pada masa itu ada beberapa kelompok etnis pengembara laut yang suka merompak kapal-kapal Belanda, yaitu orang Bajau, Raya dan Lanun. Orang Raya itu adalah sekarang katanya dikenal sebagai Orang Laut atau Anak laut. Kelompok lain yang disebut Lanun kemungkinan adalah suku bangsa Illanon yang berasal dari Pulau Mindano bagian selatan Filipina.

Tempat tinggal mereka tidak tetap. Mereka suka berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau lain dengan sampan-sampan sesuai dengan perubahan musim di laut. Sampan mereka berukuran sekitar 5 x 1,5 meter, memakai atap kajang (sejenis pandan) untuk pondoknya. Sampan kayu yang mereka sebut pompong ini hanya digerakkan dengan dua buah dayung panjang. Sebagian ada juga yang menetap untuk sementara di rumah kecil sederhana di pinggir laut pulau-pulau terpencil. Karena lebih banyak menghabiskan waktu di laut maka orang luar menyebut mereka Orang Laut. Namun para ahli menduga bahwa mereka sebenarnya juga punya tempat-tempat tertentu di daratan yang mereka gunakan sebagai pusat orientasi mereka. Mereka akan kembali ke tempat itu secara teratur dalam jangkan waktu tertentu. Tempat yang diduga sebagai tempat ke mana mereka kembali untuk berkumpul itu adalah Pulau Padi dan Pulau Boyan. Keduanya terletak dekat perairan Pulau Batam.

Bahasa Suku Laut

Bahasa Suku Laut sebagian besar masih bagian dari bahasa Melayu, tapi dengan dialek sendiri, sehingga dianggap orang sebagai bahasa tersendiri.

Masyarakat Suku Laut

Pemimpin setiap kelompok pemukiman mereka di zaman dulu disebut batin, tapi sekarang lebih lazim mereka sebut ketua. Sedangkan pemimpin kelompok pengembaraan disebut penghulu laut. Mereka umumnya mengaku memeluk agama Islam, tetapi sekarang sebagian kecil sudah ada yang mengaku memeluk agama Kristen Protestan, antara lain setelah didirikan sebuah gereja GPIB di pulau Boyan.

Mata Pencaharian Suku Laut

Mata pencaharian orang Laut terutama menangkap ikan di laut atau mengumpulkan hasil laut lainnya, seperti agar-agar, rumput laut, teripang, gamat, siput laut dan teritip.

Kekerabatan Suku Laut

Sistem hubungan kekerabatan Suku Laut cenderung bilateral dan garis keturunan yang ambilineal, tetapi rumah tangga mereka biasanya terbentuk dari keluarga inti neolokal. Dalam mencari pasangan kawin mereka memakai ketentuan eksogami klen. Pasangan-pasangan baru cenderung untuk tinggal dekat kelompok orang tua si isteri, tetapi kemudian setelah mampu berdiri sendiri mereka bebas untuk bergabung dengan kelompok lain.

Referensi : Lienhart 1990
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Sejarah Suku Laut Di Sumatera Silahkan baca artikel Suku Dunia Tentang | Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Sejarah Suku Laut Di Sumatera Sebagai sumbernya

0 Response to "Sejarah Suku Laut Di Sumatera"

Post a Comment

Sejarah Suku Lainnya