Suku Dunia ~ Suku bangsa Aneuk Jamee atau Anak Jame ini bermukim di sekitar Kabupaten Aceh Selatan, Daerah Istimewah Aceh. Pada masa sekarang jumlah populasinya diperkirakan sekitar 14.000 jiwa, tersebar di empat kemukiman (kesatuan beberapa kampung menurut adat), yaitu Kemukiman Suaq, Kasiek Putieh, Panton Laweh dan Sedar.
Aneuk Jamee dalam bahasa Aceh berarti "anak tamu" atau pendatang. Mereka diduga berasal dari masyarakat daerah Sao dan Pariaman di Minangkabau, Sumatera Barat, yang berimigrasi ke pesisir barat Aceh pada abad ke-17. Tidak heran jika bahasa Aneuk Jamee mirip dengan bahasa Minangkabau. Namun karena perubahan waktu dan pengaruh lingkungan maka dalam dalam bahasa ini ditemukan pula beberapa dialek, seperti dialek Samadua dan dialek Tapak tuan. Masyarakat ini sendiri memeluk agama Islam.
Aneuk Jamee dalam bahasa Aceh berarti "anak tamu" atau pendatang. Mereka diduga berasal dari masyarakat daerah Sao dan Pariaman di Minangkabau, Sumatera Barat, yang berimigrasi ke pesisir barat Aceh pada abad ke-17. Tidak heran jika bahasa Aneuk Jamee mirip dengan bahasa Minangkabau. Namun karena perubahan waktu dan pengaruh lingkungan maka dalam dalam bahasa ini ditemukan pula beberapa dialek, seperti dialek Samadua dan dialek Tapak tuan. Masyarakat ini sendiri memeluk agama Islam.
Mata Pencaharian Utama Suku Aneuk Jamee
Mata pencaharian utama mereka adalah bercocok tanam di sawah tadah hujan dan sawah-sawah paya, berkebun palawija dan tanaman keras seperti cengkeh, kopi, karet, kelapa, dan lain-lain. Sebagian kecil ada yang berladang padi di pegunungan, atau menjadi nelayan di daerah pantai.
Kekeluargaan Dan Kekerabatan Dalam Suku Aneuk Jamee
Kelompok kekerabatannya yang terkecil disebut tanggo (rumah tangga). Mereka menganut sistem menetap sesudah kawin yang bersifat matrilokal seperti orang Minangkabau, akan tetapi dalam prinsip hubungan kekerabatan dan garis keturunan cenderung bilateral kalau tidak patrilineal. Peranan keluarga luas masih tetap besar pengaruhnya pada kehidupan individu, kenyataan ini diungkapkan dalam prinsip kekerabatan saampek kaum, yaitu prinsip keterlibatan kerabat dari pihak ayah dan pihak ibu.
Kesatuan hidup setempatnya disebut kampuang yang dikepalai oleh seorang kecik yang dipilih oleh masyarakatnya. Di setiap kampung ada pemimpin agama yang disebut tuangku manasah atau imam manasah. Beberapa kampung bergabung menjadi satu kemukiman yang dipimpin oleh seorang kepala Mukim. Di tingkat ini pemimpin agama disebut tuangku sagi. Pemimpin informal lain adalah para cerdik pandai setempat. Dalam struktur masyarakat ini masih kelihatan sisa-sisa pelapisan sosial lama. Dimana ada kelompok bangsawan yang biasanya memakai gelar datuk. Lalu ada kelompok ulama yang memakai gelar tuangku. Selanjutnya menyusul kelompok urang barado (orang kaya) dan orang kebanyakan.
Kesatuan hidup setempatnya disebut kampuang yang dikepalai oleh seorang kecik yang dipilih oleh masyarakatnya. Di setiap kampung ada pemimpin agama yang disebut tuangku manasah atau imam manasah. Beberapa kampung bergabung menjadi satu kemukiman yang dipimpin oleh seorang kepala Mukim. Di tingkat ini pemimpin agama disebut tuangku sagi. Pemimpin informal lain adalah para cerdik pandai setempat. Dalam struktur masyarakat ini masih kelihatan sisa-sisa pelapisan sosial lama. Dimana ada kelompok bangsawan yang biasanya memakai gelar datuk. Lalu ada kelompok ulama yang memakai gelar tuangku. Selanjutnya menyusul kelompok urang barado (orang kaya) dan orang kebanyakan.
Kesenian Dalam Suku Aneuk Jamee
Aneuk Jamee mengembangkan pula kesenian seperti tari Pho yang mirip tari Seudati dari Aceh, dan tari Rateb Mausekat. Kalau dalam tari Pho penari menepuk pinggul karena penarinya adalah wanita.
loading...
0 Response to "Sejarah Suku Aneuk Jamee Di Sumatera"
Post a Comment