Sejarah Suku Ainu, Etnis Pribumi Hokkaido

Suku Dunia ~ Suku Ainu merupakan sebuah kelompok etnis pribumi yang ada di Hokkaido, Kepulauan Kuril, dan sebagian besar Sakhalin, Jumlah pasti dari populasi Suku Ainu tidak diketahui karena banyak orang Ainu yang menyembunyikan asal-usul mereka terkait masalah etnis di Jepang. Bahkan, seringkali orang Ainu yang masih hidup pun tidak menyadari garis keturunan mereka. Hal ini karena orang tua dan kakek-nenek mereka merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial.


Suku Ainu lama dipaksa oleh pemerintah Jepang untuk berasimiliasi dengan orang Jepang (suku Yamato). Pemerintah Jepang mengesahkan undang-undang pada 1899 yang menyatakan bahka suku Ainu adalah "Bekas Pribumi" (Disebut "bekas" karena suku Ainu dimaksud akan berasimilasi). Pada 6 Juni 2009 Parlemen Jepang mengesahkan resolusi yang mengakui bahwa Suku Ainu adalah "Suku Pribumi dengan bahasa, kepercayaan, dan kebudayaan yang berbeda" sekaligus membatalkan undang-undang 1899 tersebut.

Etnis Ainu memiliki ciri fisik sedikit lebih pendek dari bangsa Jepang pada umumnya (ras Yamato). Mereka memiliki tubuh gempal kuat dengan proporsional, tulang pipi tinggi dengan hidung pendek, wajah lebar dan rambut lebat berombak serta memiliki mata cokelat gelap. Dalam adat Ainu, pria tidak mencukur kumis dan jenggot sampai periode tertentu sehingga ciri fisik pria disana memiliki wajah dengan kumis dan jenggot lebat.

Bahasa Suku Ainu

Bahasa suku Ainu adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa Ainu yang dituturkan oleh Suku Ainu. Dalam bahasa Ainu, Ainu atau Aynu berarti orang atau manusia. Bahasa Ainu tidak memiliki hubungan dengan bahasa Jepang selain dari sejumlah kosakata yang dipinjam dari bahasa Jepang. Populasi Suku Ainu yang sangat sedikit menyebabkan bahasa Ainu dimasukkan ke dalam salah satu bahasa terancam punah. UNESCO pada tahun 2009 memasukan bahasa Ainu sebagai bahasa dalam keadaan kritis (Critically endangered).

Adat Istiadat Suku Ainu

Budaya Ainu berasal dari sekitar 1200 M. Para ahli berpendapat bahwa budaya Ainu berasal dari penggabungan budaya Okhotsk dan Satsumon. Salah satu budaya suku Ainu adalah upacara lomante. Upacara ini adalah suatu upacara yang pelaksanaannya dengan cara membunuh seekor beruang. Dalam masyarakat Ainu, beruang merupakan salah satu dewa. Dewa datang ke dunia dari kahyangan dengan cara menjelma menjadi beruang dan merupakan dewa makanan. Dengan upacara penyembelihan beruang seperti ini maka rohnyalah yang dikirim menuju dunia para dewa. Upacara ini sebetulnya merupakan upacara mengantar kembalinya roh dewa beruang kepada pangkuan sanak keluarganya di kahyangan.

Secara garis besar upacara ini dibagi menjadi dua, yaitu upacara yang dilaksanakan dengan cara menyembelih beruang yang dipelihara sejak kecil dan penyembelihan beruang yang diambil langsung dari hutan. Istilah lain upacara penyembelihan beruang yang diburunya di hutan ini dinamakan kamuyhopnire (mengantar dewa ke kahyangan). Dalam masyarakat Ainu, perburuan yang bertujuan untuk mengantar roh beruang menuju kahyangan ini tidak dikenal dengan istilah 'berburu', tetapi yang dikenal adalah menjemput para dewa untuk diantar ke dunia dewata.

Rumah Adat Suku Ainu

Dalam bahasa Ainu, sebuah desa disebut kotan. Sebuah kotan dapat terletak di lembah sungai dan tepi laut tempat makanan tersedia dengan mudah. Sebuah desa suku Ainu biasanya terdiri atas klan yang berasal dari pihak ayah (paternal). Jumlah keluarganya rata-rata adalah 4-7 keluarga, jarang mencapai lebih dari sepuluh.

Rumah Kotan umumnya terbuat dari rumput cogon (ilalang), rumput bambu, dan kulit pohon. Bentuk rumahnya memanjang dari timur ke barat atau sejajar dengan sungai. Sebuah rumah memiliki panjang sekitar tujuh  meter dengan sebuah pintu masuk di ujung barat yang juga berfungsi sebagai gudang. Rumah memiliki tiga jendela, termasuk "rorun-puyar", sebuah jendela yang terletak di sisi menghadap pintu masuk (di sisi timur), tempat dewa masuk. Ainu telah menganggap jendela ini sebagai benda suci dan telah diberitahu untuk tidak pernah melihat ke dalam melalui itu (jendela).

Sebuah rumah memiliki perapian di dekat pintu masuk. Suami dan istri duduk di sisi kiri perapian yang disebut shiso. Anak-anak dan tamu duduk menghadap mereka di sisi kanan perapian dan disebut harkiso. Rumah memiliki sebuah tempat untuk barang-barang berharga yang disebut iyoykir yang terletak di belakang shiso. Bangunan lain termasuk toilet terpisah untuk pria disebut ashinru dan bagi perempuan disebut menokoru.

Sumber: Suku Bangsa Dunia Dan Kebudayaannya Oleh Pram


loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Sejarah Suku Ainu, Etnis Pribumi Hokkaido Silahkan baca artikel Suku Dunia Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Sejarah Suku Ainu, Etnis Pribumi Hokkaido Sebagai sumbernya

0 Response to "Sejarah Suku Ainu, Etnis Pribumi Hokkaido"

Post a Comment

Sejarah Suku Lainnya