Sejarah Suku Sawu

Suku Dunia ~ Orang Sawu atau Sabu atau Savu mendiami Pulau Sawu dan Pulau Raijua di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu di Kecamatan Sawu Timur dan Sawu Barat. Jumlah penduduknya adalah sekitar 50.000 jiwa. Orang Sawu sendiri ada yang menyebut daerah mereka Rai Hawu, berasal dari nama tokoh mitologis Hawu Ga. Kata rai mempunyai arti tanah atau wilayah adat. Masyarakat Sawu terbagi menjadi empat rai, yaitu Haba, Dimu, Mahara, dan Liae. Bahasanya disebut Bahasa Sawu, dan nampaknya berbeda dengan kelompok bahasa Melayu.

Mata Pencaharian Suku Sawu

Mata pencaharian utama masyarakat Sawu adalah bertanam padi di sawah dan di ladang, terutama di musim hujan. Sedangkan di musim kemarau mereka bekerja menyadap nira lontar dan memasaknya menjadi gula (antara bulan Maret-November). Selain menanam padi, masyarakat ini banyak pula menanam kelapa dan lontar. Hewan ternak yang disenangi untuk dikembangbiakkan di sini adalah kerbau dan kuda.

Masyarakat Suku Sawu

Kampungnya yang disebut rae kowa didirikan di punggung bukit dan dipagari dengan batu karang atau batu kali. Pola perkampungan itu berbentuk bulat telur atau empat persegi panjang dengan sudut-sudut yang melengkung. Di kedua ujung kampung dibuat pintu gerbang. Rumah-rumah yang terbentuk panggung berderet di sepanjang sisi sebuah lapangan yang terletak di tengah-tengah kampung. Di tengah lapangan itu biasanya ditanam sebuah pohon beringin atau bidara cina, yang menaungi altar untuk upacara. Masyarakat tidak selalu berada di rumah kampung ini, mereka sering berdiam di pondok-pondok yang didirikan di ladang. Pondok itu disebut liha pada.

Prinsip kekerabatannya adalah patrilineal, dengan pilihan jodoh yang ideal ana mahamone, yaitu anak perempuan saudara laki-laki ibu. Dalam perjanjian perkawinan, mone amu (pihak wanita) menuntut kebue (harga ganti gadis) dari mone ami (pihak laki-laki). Masyarakat ini amat melarang perkawinan silang, yaitu antara saudara suami dengan saudara istri, atau sebaliknya. Keluarga-keluarga inti bergabung dalam kelompok keluarga luas terbatas yang disebut dara amu. Beberapa dara tamu bergabung pula ke dalam sebuah udu (klan patrilineal) yang di kepalai oleh seorang pemimpin yang disebut bangu udu.

Agama Dan Kepercayaan Suku Sawu

Warga masyarakat ini sebagian besar masih memeluk keyakinan lama. Mereka menyembah deo (dewa), dimana dewa tertinggi adalah Deo Mone Ae (dewa yang besar). Dalam siklus hidupnya mereka banyak melakukan upacara-upacara religi, terutama upacara bersih desa dan upacara kematian (haga). Upacara dipimpin oleh ratu mone pitu (imam yang tujuh orang). Mereka percaya bahwa dalam kematian roh melakukan perjalanan dari dunia nyata ke dunia gaib dengan menggunakan ama piga laga (perahu roh). Penyakit tertentu dianggap timbul karena gangguan suanggi atau wango, makhluk halus (roh). Penyakit karena ganggun makhluk halus hanya bisa diobati dengan bantuan mone melare (dukun atau syaman). Selain upacara kematian masyarakat ini sering mengadakan upacara yang berkaitan dengan mata pencaharian hidupnya, seperti upacara memanggil nira, memasak nira, tolak bala, bersih ladang, menanami ladang dan lainnya.

Referensi : Kana 1983, Lebar 1972, Depdikbud 1989
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Sejarah Suku Sawu Silahkan baca artikel Suku Dunia Tentang | Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Sejarah Suku Sawu Sebagai sumbernya

0 Response to "Sejarah Suku Sawu"

Post a Comment

Sejarah Suku Lainnya