Sejarah Suku Atoni Di Nusa Tenggara

Suku Dunia ~ Suku bangsa Atoni berdiam di pedalaman Pulau Timor bagian barat yang sebagian besar berupa tanah kering dan berbukit-bukit gundul, seperti di kefettoran Amarasi, Fatu Leu, Amfoan, Mollo, Amanuban, Amanatun, Miomafo, Insana dan Beboki. Jumlah populasinya sekitar 300.000 jiwa. Orang Atoni mempunyai bermacam-macam sebutan. Orang Tetun menyebut mereka orang Dawan, Orang Bunak menyebut mereka Rawan, penduduk di kota Kupang menyebut mereka Orang Gunung.

Mata Pencaharian Suku Atoni

Sebagian besar masyarakat Atoni hidup dari peladangan dan pemeliharaan ternak secara tradisional. Pengaruh pendidikan formal di sekolah-sekolah relatif baru bagi kebanyakan orang Atoni, sehingga sedikit sekali di antara mereka yang bekerja di kalangan kepegawaian, perguruan, kependetaan, kepolisian atau ketentaraan.

Kepadatan penduduk di desa-desa menyebabkan banyak pula di antara mereka yang pergi ke kota Kupang dan bekerja sebagai tenaga kasar di sana. Setiap kali hendak berladang orang Atoni harus membuka sebidang tanah di hutan, memagarinya, mengerjakannya untuk beberapa tahun panen, lalu ditinggalkan untuk mencari lahan baru. Keadaan tanah yang kering sering dibantu menyuburkannya dengan menanam pohon lamtoro.

Dalam mengerjakan ladang ini orang Atoni lebih suka bekerja sendiri-sendiri dari pada kolektif dengan orang lain. Tanaman pokok mereka adalah jagung dan padi yang ditanam bergiliran di tanah yang sering kekurangan air hujan. Selain itu mereka juga suka menanam bawang, kedelai, pisang, tomat, cabe dan sebagainya. Tanaman keras yang banyak mereka pelihara adalah pinang, lontar, kelapa dan beberapa jenis pohon buah-buahan. Sedangkan binatang ternak gembalaan mereka adalah kambing, babi, sapi, kuda, kerbau dan domba.

Kesenian Dan Kerajinan Dalam Suku Atoni

Di luar waktu berladang dan mengembalakan ternak, wanita suku Atoni mengerjakan pertenenunan dan anyaman. Sedangkan kaum lelakinya lebih suka membuat barang-barang dari kayu yang diukir secara sederhana. Nampaknya seni mematung tidak berkembang disini. Kegiatan menenun itu berkembang terutama dalam membuat pakaian (tais) sehari-hari maupun untuk pesta adat. Barang anyaman seperti tikar dan bakul-bakul mereka buat dari daun lontar atau sejenis pandan. Kaum wanita maupun lelakinya senang memakai perhiasan yang terbuat dari logam, perak, emas, serta manik-manik dan permata akik.

Hubungan Kekeluargaan Dan Kekerabatan Dalam Suku Atoni

Secara ideal rumah tangga orang Atoni terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka yang belum kawin. Rumah tangga yang tidak mempunyai anak biasanya mengambil anak saudara mereka untuk diangkat sebagai anak sendiri. Sungguh pun bentuk kekerabatan mereka cenderung untuk patrilineal, akan tetapi pasangan muda orang suku Atoni yang baru saja kawin akan tinggal di lingkungan kerabat isteri (uksorilokal) selama beberapa tahun, kemudian baru pindah menetap di lingkungan pihak keluarga asal suami. Pihak pemberi wanita atau disebut an atoni dan pihak lelaki disebut an bifel.

Bentuk perkawinan yang baik menurut masyarakat ini adalah perkawinan antara dua klen yang memang sudah sering terikat hubungan perkawinan. Makin jauh hubungan perkawinan antar klen makin besar mas kawin yang harus dikeluarkan untuk memperbarui ikatan tersebut. Tiap-tiap orang Atoni adalah anggota dari sebuah klen patrilineal yang jumlahnya amat banyak. Klen-klen itu biasanya disebut menurut nama benda suci (nono) yang menjadi barang pusaka mereka.

Seorang isteri diakui menjadi warga klen suaminya. Akan tetapi kedudukan dalam klen bisa diperoleh lewat adopsi dan bisa pula dengan mengambil klen ibunya sebagai ikutannya. Klen ayah mereka sebut nono mnuki (nono muda) dan klen ibu disebut nono mnasi (nono tua). Penduduk sebuah desa biasa digolong-golongkan ke dalam tiga kelompok klen. Pertama kautuaf, yaitu klen-klen yang dianggap sebagai pemilik desa atau yang menguasai tanah dan pertama sekali membuka desa tersebut. Kedua atoin asaot, yaitu penduduk yang datang kemudian baik karena kawin maupun datang dan menetap sendiri. Yang ketiga adalah atoin anaut, yaitu orang-orang yang datang minta perlindungan hidup di suatu desa, entah karena sebagai pengembara atau pelarian dari desa lain.

Agama Dan Kepercayaan Dalam Suku Atoni

Agama asli orang suku Atoni berdasarkan kepada kepercayaan kepada satu dewa langit yang mereka sebut Uis Neno. Selain itu mereka juga percaya adanya dewi tanah yang disebut Uis Afu, yaitu isteri dewa langit itu sendiri. Mereka juga percaya adanya makhluk-makhluk halus (in tuan) yang mendiami tempat-tempat tertentu, dalam tubuh binatang dan tumbuh-tumbuhan tertentu. Kemudian mereka yakin adanya roh-roh nenek moyang yang disebut nitu.

Upacara-upacara keagamaan ditujukan kepada pemujaan Uis Neno, Uis Afu dan nitu. Jika terjadi gangguan dari in tuan maka mereka minta seorang syaman yang disebut mnane atau meo untuk mengusir makhluk halus yang jahat itu. Salah satu ritual dalam kepercayaan lama ini adalah mematuhi pemali atau pantangan tertentu yang disebut nuni. Pantangan-pantangan yang dijauhi oleh seseorang tergantung kepada pesan yang diterimanya lewat mimpi, karena petunjuk meo atau karena sudah menjadi pantangan turun-temurun dari klennya.
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Sejarah Suku Atoni Di Nusa Tenggara Silahkan baca artikel Suku Dunia Tentang | Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Sejarah Suku Atoni Di Nusa Tenggara Sebagai sumbernya

0 Response to "Sejarah Suku Atoni Di Nusa Tenggara"

Post a Comment

Sejarah Suku Lainnya