Adat Pikadawu Tradisi Buton Cia Cia ~ Bagi masyarakat Suku Buton Cia Cia, terutama dalam menangkal penyakit atau menolak bala. Dilihat dengan pendekatan antropologi religious, yang mengungkap sebuah kebenaran tradisi dengan nilai-nilai sakral. Diungkap dengan logika spiritual, agar kita tidak terjebak dengan pandangan yang sempit dan keliru. Ketika adat Pikadawu di pandang dengan cara pandang berdasarkan logika rasional. Maka, sampai kapan pun pandangan itu tidak akan ketemu. Olehnya itu, pendekatan sprituallah yang bisa mendapatkan titik temunya. Apalagi harus menganggap Pikadawu itu tidak logis, itulah cara pandang yang keliru juga sempit. Sebagai warga yang menjunjung tinggi nilai sebah kebudayaan, maka menghargai budaya orang lain itu sangatlah penting.
Dengan tetap menjunjung tinggi konsep kebhinekaan dan menghargai sikap multikuturalisme. Karena dalam konsep multikulturalisme mengajakan kita bahwa, jika kita memandang budaya orang lain harus berdasarkan pandangan orang itu, sehingga kita tidak terjebak pada sifat membanggakan budaya sendiri dan menganggap rendah budaya lain. Pikadawu adalah salah satu bagian dari berbagai macam tradisi masyarakat Etnik Suku Buton Cia Cia. Namun tradisi Pikadawu ini tidak seperti tradisi-tradisi lainnya yang bisa mengundang banyak orang untuk menyaksikan. Sebab tradisi ini mengandung nilai-nilai spiritual. Acara pelaksanaannya pun sakral.
Persiapan Ritual Pikadawu
Saat memasuki ritual Pikadawu yaitu tua-tua adat, penghulu Masjid, dan staf dusun memberitahukan kepada masyarakat agar tidak berbuat keributan. Setelah itu diminta kerelaannya didalam setiap anggota warga masyarakat menyumbang kebutuhan-kebutuhan Pikadawu, seperti beras, telur ayam kampung, daun sirih, buah pinang, rokok, uang koin, hal ini dimaksudkan agar syarat Pikadawu tidak hanya dibebankan kepada penghulu-penghulu kampung, namun harus ada juga partisipasi dari masyarakat, salah satu dengan menyumbang kebutuhan-kebutuhan Pikadawu.
Pikadawu dilakukan guna melindungi masyarakat etnis suku Buton Cia Cia dari ancaman dan bahaya makhluk halus penghuni kampung. Dalam menyumbangkan syarat-syarat tersebut para tua-tua adat tidak harus memaksa masyarakat sepenuhnya. Masyarakat harus memberikannya dengan senang hati yang tulus dan ikhlas tanpa ada unsur paksaan. Syarat-syarat khusus Pikadawu yaitu :
Pikadawu dilakukan guna melindungi masyarakat etnis suku Buton Cia Cia dari ancaman dan bahaya makhluk halus penghuni kampung. Dalam menyumbangkan syarat-syarat tersebut para tua-tua adat tidak harus memaksa masyarakat sepenuhnya. Masyarakat harus memberikannya dengan senang hati yang tulus dan ikhlas tanpa ada unsur paksaan. Syarat-syarat khusus Pikadawu yaitu :
- Empat buah ketupat yang berukuran kecil.
- Satu buah telur ayam kampung yang sudah matang di belah menjadi empat.
- Empat siur daun siri.
- Empat buah pinang.
- Empat uang koin pecahan seratus rupiah.
- Empat batang tembakau yang sudah digulung atau rokok.
- Air yang di sediakan dengan tempat minum.
Persyaratan yang serba empat in dalam bahasa Cia Cia berkaitan dengan “Alam patowala” empat atau arah mata angin yang juga sama dengan empat nazhar. Syarat-syarat itu mempunyai tujuan dan manfaat tersendiri untuk kebutuhan Pikadawu. Melalui pemahaman tua-tua adat mempercayai bahwa kehidupan alam gaib yang dihuni oleh makhluk-makhlus halus sama dengan kehidupan manusia di alam nyata ini.
Pelaksanaan ritual ini bisa disesuaikan dengan kondisi kampung masing-masing, tergantung dari mana tua-tua adat itu memulai. Hal serupa juga dimaknai secara historis berkaitan dengan proses kedatangan masyarakat etnik suku buton cia cia di Huamual Barat dimana mereka berlayar dari Sulawesi Tenggara menuju pulau Provinsi Maluku tepatnya di Seram bagian Barat Huamual Barat dengan menggunakan perahu layar. Perahu layar itu biasanya lepas landas dari pulau Buton di saat menjelang pagi atau setelah salat subuh karena waktu tersebut sangat tepat dalam berlayar. Waktu subuh menjelang pagi itu juga berkaitan dengan pancaran cahaya putih yang mempunyai makna kesucian dan ketulusan jiwa dalam melaksanakan upacara Pikadawu. Waktu-waktu inilah penyakit bisa pergi dan dapat menghilang dari Huamual mengikuti perahu-perahu kecil itu. Masyarakat melalui tua-tua adat percaya bahwa dengan berlayarnya perahu kecil tersebut, maka Kalelei juga akan ikut berlayar bersama persediaan makan yang telah disediakan, sehingga menyebabkan penyakit hilang dari salah satu Dusun di Huamual yang beretnik Buton. Kemudian masyarakat yang terkena penyakit juga akan sembuh dengan sendirinya. [Suku Dunia]
Pelaksanaan ritual ini bisa disesuaikan dengan kondisi kampung masing-masing, tergantung dari mana tua-tua adat itu memulai. Hal serupa juga dimaknai secara historis berkaitan dengan proses kedatangan masyarakat etnik suku buton cia cia di Huamual Barat dimana mereka berlayar dari Sulawesi Tenggara menuju pulau Provinsi Maluku tepatnya di Seram bagian Barat Huamual Barat dengan menggunakan perahu layar. Perahu layar itu biasanya lepas landas dari pulau Buton di saat menjelang pagi atau setelah salat subuh karena waktu tersebut sangat tepat dalam berlayar. Waktu subuh menjelang pagi itu juga berkaitan dengan pancaran cahaya putih yang mempunyai makna kesucian dan ketulusan jiwa dalam melaksanakan upacara Pikadawu. Waktu-waktu inilah penyakit bisa pergi dan dapat menghilang dari Huamual mengikuti perahu-perahu kecil itu. Masyarakat melalui tua-tua adat percaya bahwa dengan berlayarnya perahu kecil tersebut, maka Kalelei juga akan ikut berlayar bersama persediaan makan yang telah disediakan, sehingga menyebabkan penyakit hilang dari salah satu Dusun di Huamual yang beretnik Buton. Kemudian masyarakat yang terkena penyakit juga akan sembuh dengan sendirinya. [Suku Dunia]
loading...
0 Response to "Adat Pikadawu Tradisi Buton Cia Cia"
Post a Comment